Bije Widjajanto shares his thought

Manusia dilahirkan untuk memberi arti bagi orang lain. Saya membagikan ide dan pemikiran saya lewat posting dalam blog ini dengan harapan ada yang bermanfaat bagi para pembaca. Topik yang saya angkat dalam blog ini berkisar antara: membangun motivas diri, self leadership, team building, konsep business development dan secara khusus franchising. Saya membuka diri bagi para pembaca yang ingin memberi masukan, komentar, kritik, saran ataupun koreksi.

Wednesday, February 22, 2006

5 Winning Character of Future's Profesionals

Tuntutan Profesionalisme Mas Depan

(Cuplikan dari makalah ‘Winning the Future”)

Tantangan hidup semakin lama semakin berat, sejalan dengan kemajuan peradaban manusia. Dalam kondisi ini, orang yang ingin sukses mengarungi masa depan, perlu mempersiapkan dan melengkapi dirinya dengan keterampilan serta kompetensi tertentu. Selain itu, untuk mendapatkan peluang sukses yang lebih besar, perlu dibangun sejak dini karakter-karakter sebagai berikut:

1. Kreatif

Pribadi yang kreatif berpeluang lebih besar untuk mampu menghadapi perubahan-perubahan yang terus menerus terjadi. Berbekal kreativitas yang dimiliki, pribadi yang bersangkutan akan selalu mampu mendapatkan jawaban atas persoalan yang timbul atau metode baru yang sesuai dengan perubahan yang terjadi. Ada beberapa kriteria untuk membina kreativitas positif sebagai berikut:

  1. Konstruktif, pribadi yang konstruktif selalu mencari hal-hal baru yang mampu menghasilkan perbaikan, hasil akhir yang lebih baik dengan sejauh memungkinkan, tidak menimbulkan kerusakan pada bagian atau hal lain.
  2. Multidimensi, melihat setiap persoalan dari berbagai sudut pandang yang berbeda, sehingga solusi yang dihasilkan mempunyai dimensi yang pula dan dapat diaplikasikan secara lebih luas pula.
  3. Solution Oriented, selalu menempatkan solusi sebagai tujuan akhir dan melihat masalah yang dihadapi sebagai dasar pemikirannya. Pribadi yang berorientasi pada solusi selalu menempatkan masalah sebagai bagian yang terpisah dari ikatan emosional mereka. Sehingga dengan demikian akan tercipta sebuah solusi yang obyektif.

2. Network

Network (jaringan) yang luas akan membantu setiap pribadi mendapatkan peluang-peluang yang lebih baik, dalam perjuangannya mencapai kesuksesannya baik sebagai karyawan, profesional maupun pelaku bisnis. Dalam membangun jaringan, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan:

  1. Inklusif, jaringan yang dibangun sebaiknya bersifat inklusif, lepas dari keterikatan primordial, golongan, profesional ataupun faktor lain yang bersifat internal. Tentu hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan pentingnya setiap pribadi mempunyai kelompok dan jaringan menurut minat dan kepentingan pribadi lainnya.
  2. Seimbang, dalam menjalin sebuah jaringan, ada dua hal yang menjadi konsekuensi bagi orang yang bersangkutan, yaitu apakah orang tersebut akan ‘memberi’ manfaat kepada jaringannya, atau sebaliknya dia mengharapkan ‘mendapat’ manfaat tertentu dari jaringannya. Dalam membangun jaringan sebaiknya menjaga keseimbangan antara apa yang ‘diperoleh’ dan yang ‘diberikan’ kepada jaringannya.
  3. Leveraging, kriteria ini diperlukan agar setiap pribadi bisa mengambil manfaat dari keberadaan jaringan yang diikutinya. Baik jaringan tersebut bersifat ‘memberi’ ataupun ‘menerima’, keduanya harus bisa memberi manfaat bagi yang bersangkutan. Manfaat tersebut haruslah ‘mengungkit’ (leveraging) upaya mencapai tujuan pribadinya.

3. Mandiri

Kemandirian diperlukan oleh pribadi yang sukses untuk bisa mengerjakan pekerjaan dan tugas-tugasnya sebagai manifestasi keberadaan dirinya. Pribadi yang mandiri mampu menyelesaikan pekerjaannya dan mengatasi setiap masalah yang dihadapi secara mandiri. Mereka tahu kepada siapa mereka harus bertanya apabila ada sebuah permasalahan yang belum mereka ketahui jalan pemecahannya. Sikap yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kemandirian adalah sebagai berikut:

  1. Profesional, pribadi mandiri yang diikuti dengan sikap profesional mencerminkan penguasaannya pada hal atau area yang menjadi bidangnya. Profesionalisme dapat dilihat dari pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki untuk membuahkan hasil berkualitas dan memuaskan. Profesionalisme yang tinggi akan membuat pribadi yang bersangkutan dapat mengaktualisasikan karya-karyanya secara mandiri babas dari ketergantungan pada orang lain.
  2. Tanggung Jawab, pribadi yang mandiri perlu sikap tanggung jawab karena dengan demikian, orang lain akan lebih percaya akan hasil dari pekerjaannya serta akibat yang mungkin akan terjadi baik karena hasil pekerjaannya ataupun karena proses pengerjaannya. Pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab, tahu dan berani memberi jaminan terhadap semua akibat yang timbul oleh pekerjaannya.
  3. Dapat diandalkan, sikap pribadi mandiri yang ketiga adalah reliable (dapat diandalkan). Sikap ini bisa memberikan rasa tenang kepada orang yang memberi tugas: atasan, client, mitra, konstituen atau stake-holder lainnya. Kepada pribadi yang ‘dapat diandalkan’, seseorang bisa dengan kepercayaan penuh memberi tugas atau mendelegasikan, sehingga pada akhirnya yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaannya secara mandiri dan secara penuh mengaktualisasikan dirinya melalui hasil yang diberikan.

4. Open minded

Open minded atau ‘berpikiran terbuka’ diperlukan oleh setiap pribadi sukses dalam mengantisipasi setiap perubahan. Pribadi berpikiran terbuka tidak takut terhadap perubahan, dan tidak melekat pada kemapanan. Mereka selalu menangkap setiap hal yang berbeda dengan pikiran, ide atau opini mereka secara teruka. Pribadi tersebut pada umumnya mudah untuk memahami jalan pikiran orang lain. Hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pikiran yang terbuka antara lain adalah:

  1. Positif, merespons kenyataan hidup dengan pikiran positif. Hal ini sangat penting, karena dengan pikiran positif akan merangsang otak untuk mencari solusi yang lebih baik, sementara pikiran negatif akan menghentikan sistem saraf dari pencarian ide-ide baru sebagai respons kenyataan yang diterimanya. Pikiran positif juga bisa memudahkan terjadinya kompromi apabila ada dua pemikiran yang bertentangan.
  2. Optimis, sikap optimis selalu berorientasi pada hasil yang lebih baik. Pribadi-pribadi yang optimis mampu menerawang masa depan dengan penuh harapan, dan hal ini akan membuat mereka selalu mendapatkan ide-ide cemerlang untuk mengantarkan mereka pada masa depan yang mereka impikan. Sebaliknya sikap pesimis hanya berpikir pada masa lalu, menempatkan kegagalan-kegagalan masa lalu sebagai menghalang (block) atas harapan masa depan yang lebih baik.
  3. Mencari yang terbaik, kesempurnaan tidaklah datang seketika. Pribadi yang berpikiran terbuka selalu ‘menggugat’ diri dengan mencari hal-hal baru yang bisa membuat sesuatu yang ada menjadi lebih baik dengan perubahan-perubahan tertentu. Sikap ini pada umumnya mengatarkan pribadi yang bersangkutan untuk mencapai tingkat kesempurnaan yang luar biasa.

5. Team player

Tidak ada pekerjaan yang bisa diselesaikan sendiri. Setiap saat dan segala sesuatu di dunia ini terjadi melalui serangkaian campur tangan berbagai pihak. Pribadi-pribadi yang berkarakter pekerja kelompok mengetahui kenyataan tersebut. Mereka tidak mau mengandalkan dirinya sendiri, mereka tahu bahwa setiap hal akan menjadi lebih baik apabila disatukan dari hasil pemikiran lebih dari satu orang. Hal-hal atau sikap yang terkait karakter pekerja kelompok ini antara lain adalah:

  1. Delegatif, sikap ini memungkinkan pribadi yang bersangkutan untuk menerima penugasan atau bagian pekerjaan yang harus menjadi tanggung jawabnya dengan ikhlas. Sebaliknya mereka juga rela menyerahkan pekerjaan atau bagian dari pekerjaannya kepada orang lain, dan menyerahkan otoritas yang dimilikinya menjadi tanggung jawab orang lain, dengan berpegang pada pencapaian hasil yang lebih baik.
  2. Fleksibel, seorang pekerja kelompok mampu melakukan perubahan-perubahan kecil guna menyesuaikan dengan kondisi timnya. Ada kalanya anggota tim lain menemui permasalahan dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, padahal kegagalan anggota tersebut bisa menimbulkan masalah bagi anggota tim lainnya. Dalam kondisi seperti ini, pekerja tim yang fleksibel mau dan berani mengambil alih atau membantu anggota yang bermasalah untuk menyelesaikannya dengan tujuan mereka dapat menyelesaikan target kelompoknya sesuai dengan yang telah ditetapkan.
  3. Pekerja Keras, selain bertanggung jawab kepada pemberi tugas, pekerja kelompok juga bertanggung jawab kepada kelompoknya. Pribadi pekerja kelompok menyadari bahwa kegagalan yang dibuatnya dapat diartikan sebagai beban seluruh anggota kelompok. Didasari kesadaran tersebut, mereka terdorong untuk melakukan segala upaya, mereka bekerja keras untuk menyelesaikan tanggung jawabnya

0 Comments:

Post a Comment

<< Home