Bije Widjajanto shares his thought

Manusia dilahirkan untuk memberi arti bagi orang lain. Saya membagikan ide dan pemikiran saya lewat posting dalam blog ini dengan harapan ada yang bermanfaat bagi para pembaca. Topik yang saya angkat dalam blog ini berkisar antara: membangun motivas diri, self leadership, team building, konsep business development dan secara khusus franchising. Saya membuka diri bagi para pembaca yang ingin memberi masukan, komentar, kritik, saran ataupun koreksi.

Monday, January 02, 2006

CHUNKING THE GOALS (MOTIVATION #06) 2/2

..... sambungan 1/2 ...

Beberapa pabrik sudah tutup dan karyawannya banyak yang pulang dengan sepeda ‘onthel’. Jalan sedikit tersendat dengan kecepatan maks 70km/jam. Sampai kota Demak. Yang berjarak hanya sekitar 30 km harus ditempuh dalam waktu hampir 1 jam. Dengan target baru untuk makan malam di Rembang, saya meneruskan perjalanan. Saya tidak lagi pernah berpikir tentang Surabaya dan jam berapa sampai di sana. Perjalanan Demak – Kudus sangat cepat, selain jaraknya yang hanya 15 km mungkin juga jalannya sangat bagus dan lebar, akirnya magrib sudah melewati Kudus. Celakanya, jalur Kudus – Pati jalannya sangat padat dan sempit, sulit untuk ‘menyalib’ sehingga harus jalan beriring dengan kendaraan2 lain. Jarak 30km ditempuh dalam sekitar 40 menit.

Kurang dari jam 7 saya sudah masuk kota Rembang dan saya tidak melihat rumah makan yang lumayan dan cukup ramai di pinggir jalur lintas propinsi. Sengaja saya tidak masuk ke jalur2 dalam kota, karena selain tidak mengetahui medan, juga akan menghambat perjalanan. Saya mulai menyuruh ponakan untuk sedikit bongkar2 bekal apa yang bisa dijadikan penggannjal sementara dan memutuskan untuk meneruskan ke Lasem. Lasem adalah kota tua yang mungkin nanti di sana akan ramai jadi ada tempat makan yang lebih baik.

Ketika sampai Lasem sudah sekitar 7.30, mungkin karena sudah cukup malam, ternyata Lasem lebih sepi dari Rembang, sehingga niat untuk mengisi perut harus ditunda dulu. Di daerah perbatasan Jatim – Jateng itu saya harus mengisi BBM sekaligus istirahat sejenak, memejamkan mata tetap di jog mobil. Belum jam 8 saya sudah berangkat lagi. Target berikutnya adalah Tuban, saya harus makan malam di Tuban jam 9 malam. Untuk kali ini target bisa dicapai dengan tepat.

Saya memilih rumah makan yang ramai, dipilih sebagai tempat makan bis-bis antar propinsi. Istirahat sebentar, mengguyur kepala dengan air untuk sedikit menyegarkan mata yang mulai panas. Jam 10 malam berangkat lagi, target kali ini adalah Surabaya. Saya ingin tempuh jarak tersebut dalam 2 jam. Tuban – Babat jalan tidak begitu bagus dan hanya 2 jalur, sehingga walaupun sudah malam dan sepi tetap tidak bisa full speed.

Sekitar jam 11 melewati kota Lamongan. Kali ini kendala yang paling berbahaya mulai datang, yaitu ‘ngantuk’. Sebelum rasa kantuk ini mengganggu, saya sengaja untuk berhenti di sebuah masjid yang cukup terang, dan melakukan relaksasi sebentnar kira2 5 menit, bukan tidur. Setelah cukup segar saya ke kamar mandi untuk cuci muka, tangan dan kaki. Setelah itu kembali melanjutkan perjalanan. Perjalanan tinggal sejengkal, saya tidak perlu buang waktu, lebih baik saya tidur di Surabaya saja langsung.

Lamongan – Gresik jalan cukup baik, walaupun di sana sini harus berpindah2 ruas karena saat itu sedang dilakukan penambahan lajur. Jam 11 lebih sudah masuk toll Gresik dan keluar tol di Mayjen Sungkono tepat jam 12 malam. Saya memutuskan untuk cari penginapan yang dekat dengan Airport Juanda. Akhirnya saya pilih di Hotel Narita Nginden, kebetulan masih ada kamar yang kosong. Sampai di sana langsung mandi dan tidur selama 5 jam saja, karena jam 7 harus berangkat ke Juanda untuk menjemput istri, dari sana langsung ke Blitar, masih 4 jam perjalanan lagi.

Sebuah perjalanan yang panjang dan melelahkan, 18 jam saya di belakang setir, hanya ditemani seorang navigator saja. Tetapi tidak terasa jauhnya, bahkan setiap ruas saya bisa menikmati perjalanan. Terus apa hubungannya dengan topik motivasi saya??

Goal, target atau tujuan yang terlalu tinggi, tidak jarang membuat frustasi. Perjalanan 900km dari Jakarta ke Surabaya, akan terasa sangat melelahkan dan menjemukan kalau setiap saat saya selalu mengacu pada target terakhir, Surabaya. Ketika saya menempuh 25km, tentu terasa masih sangat jauh dari tujuan, pencapaian masih sangat kecil. Tetapi kalau targentnya saya ubah menjadi 50km, maka saya berarti sudah mencapai 50% target. Ini sangat positif, saya semakin termotivasi untuk mencapai target, karena sudah hampir sampai.

Nah dalam kehidupan kita, sering kita dihadapkan atau menghadapkan diri pada target2 yang spektakuler. Hal itu sama sekali tidak buruk, sebaliknya sebaiknya kita memiliki target kehidupan yang spektakuler, kalau perlu super spektakuler. Supaya tidak ‘awang2en’ mencapainya dan setiap step bisa dilalui dengan penuh motivasi, maka target yang spektakuler tersebut ‘dicincang’ menjadi target kecil-kecil yang mengarah ke target gedhenya. Metode ini yang dalam NLP dikenal dengan sebutan ‘chunking method’.

Metode ini yang oleh Mas Chanam diilustrasikan dalam sebuah cerita yang lain yang lebih huenak yaitu makan soto. Memang saat itu saya sengaja mengajak di ke Pasar Majestik, Kebayoran Lama untuk mencicipi soto ayam yang terkenal dan sangat laris di pasar itu. Kebetulan dia belum pernah masuk pasar tradisional itu. Senang sekali saya bisa membuatnya terkagum2, hampir semua kios disinggahi.

Semoga bermanfaat,

Bije Widjajanto

0 Comments:

Post a Comment

<< Home