Bije Widjajanto shares his thought

Manusia dilahirkan untuk memberi arti bagi orang lain. Saya membagikan ide dan pemikiran saya lewat posting dalam blog ini dengan harapan ada yang bermanfaat bagi para pembaca. Topik yang saya angkat dalam blog ini berkisar antara: membangun motivas diri, self leadership, team building, konsep business development dan secara khusus franchising. Saya membuka diri bagi para pembaca yang ingin memberi masukan, komentar, kritik, saran ataupun koreksi.

Tuesday, February 13, 2007

LET IT GO: Don't attach your life to the past

Saya punya kecenderungan buruk, dan celakanya kebiasaan itu saya pelihara sampai sekarang. Sejak mulai kerja tahun 91 di Surabaya, tahun 92 pindah ke Jakarta masih di perusahaan yang sama berkantor di Jl. KS Tubun yang sekarangjadi Hotel Santika, pindah kantor lagi ke Jl. Palmerah tahun 95. Bahkan ketika pindah ke perusahaan lain tahun 2001, sampai akhirnya pada tahun 2005 saya keluar dari perusahaan itu dan sekarang buat kantor sendiri di Kebayoran Lama, ternyata masih ada barang yang mengikuti saya, dan sekarangpun masih ada di depan saya. Barang itu adalah pensil STAEDTLERMarsh-Lumograph 2B warna biru. Itu hanya masalah pensil, barang yang gampang didapatkan kembali di toko2kalau terpaksa harus hilang. File-file hasil kerjapun sampai sekarang masih utuh tersimpan rapi di CD. Bahkan email2 lamapun masih saya simpan, kalausaya buang paling attachementnya yang terkadang menjejali kapasitas hard disk. Jujur sebenarnya saya tidak tahu apakah barang2 yang saya simpan itu benar2 berharga atau tidak, bermanfaat atau tidak. Saya pun tidak pernah membukanya lagi. Kalau toh buka paling2 hanya untuk bernostalgia atau mengulang kembali romantisme masa lalu itu. Banyak di antaranya yang sudahlebih 5 tahun tidak saya buka. Tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan melalui posting kali ini. Pernah terjadi sekitar tahun 96 ketika hardisk saya karena virus. Seluruh data saya hilang karena harus diformat ulang. Data2 laporan, analisa, hasil kerja,arsip email dari tahun 93 pun hilang tak berbekas. Saat itu dunia terasa gelap, seperti mau kiamat. Saya bayangkan betapa sia-sianya hasil kerjasaya, jerih payah saya. Informasi yang sebelumnya bisa langsung saya bukadari file, mendadak tidak bisa lagi. Tidak ada informasi, tidak ada analisa, seakan2 saya menjadi orang yang paling idiot. Hal itu terjadi beberapa hari, tidak bisa kerja. Bolak-balik hardcopy laporan2, mencoba membayangkan enaknya main copy-paste untuk laporan2 periode selanjutnya. Praktis, kerja saya selama beberapa hari hanya menginstall program-program baru, buka-tutup program, atur2 seting dll. Sama sekali tidak produktif. Sampai saya sadar bahwa saya harus tetap bekerja. Sayapun mulai menata kembali filing system dengan struktur yang lebih rapi, membuat kembali template2 analisa dan laporan dari baru. Akhirnya dalam beberapa hari saja, saya sudah memiliki komputer sebagai alat kerja yang jauh lebih tertata rapi daripada sebelumnya. Kesadaran saya itu ternyata memberi pelajaran sangat berharga pada dirisaya. Betapa sebelumnya saya terkungkung dan terbelenggu oleh hal2 sepele diluar sana. Betapa saya mengabaikan sesuatu yang sangat berharga, sangat kuatdan sangat penting yang ada di dalam diri saya. Saya terlalu LEKAT dengan apa yang SAYA HASILKAN dan tidak menghargai apa yang BISA SAYA LAKUKAN. Apa yang saya hasilkan hanyalah masa lalu, yang sama sekali tidak menjamin kondisi saat ini. Ini sangat luar biasa, ketika saya bisa membuang "kelekatan" pada masa lalu ternyata saya "mampu membuat hal2 yang jauh lebih baik". Walaupun kesadaranini tidak membuang kebiasaan saya untuk menumpuk dan mengoleksi apa2 yang pernah saya lakukan, tapi setidaknya secara "mental" saya tidak lagi "attach" pada mereka, saya tidak lagi tergantung pada mereka. Bulan lalu,tidak tahu karena apa, PDA saya reset, dan saya harus kehilangan arsip SMSyang saya koleksi sejak tahun 2003. Aneh apa tidak SMS aja dikoleksi bertahun2. Tapi itu tidak perlu mempengaruhi psikologi saya. Saya pikirbahwa data yang hilang itu sebagian besar tidak pernah saya baca lebih dari1 kali. Kejadian lain pernah terjadi, akhir tahun lalu, pembantu rumah saya lupamemasukkan tas kerja saya ke mobil, padahal pagi saya harus memberikan coaching session di Cirebon. Kejadian ini baru saya curigai ketika sayasudah ½ perjalanan, ada di jalan tol dan tidak mungkin untuk kembali. Sayapun merasa tidak perlu ngecek apakah tas itu ada di mobil atau tidak. Baru ketika saya sampai di stasiun yang 10 menit lagi keretanya berangkat,saya buktikan bahwa tas itu benar2 tidak berada di mobil. Nah... tak bisa dibayangkan, bagaimana seorang business coach tidak membawa selembar kertaspun ketika memberikan coaching. Betul2 tidak profesional. Ketika sampai di tempat, session saya mulai, mata mereka terlihat mempertanyakan sesuatu. Saya membuka session tersebut dengan kalimat ini."... bapak ibu.. saya tahu anda semua melihat ada yang aneh pada saya pagiini... Tadi pagi sebelum saya berangkat ada sedikit kecelakaan yang membuat tas kerja saya tertinggal di rumah, jadi session ini harus berjalan tanpa dokumen apapun dari saya... Tapi saya sangat beruntung, dan mari kita syukuri, karena saya tidak meletakkan kepala saya di dalam tas saya... jadi session hari ini bisa tetap kita jalankan sebagaimana biasanya...." Saya jadi teringat apa yang disampaikan oleh Rudi Giuliani, wali kota NewYork setelah runtuhnya gedung kembar WTC di Manhattan, tepatnya pada tanggal23 September 2001. Saat itu banyak warga kota, New Yorkers, yang kawatir,skeptis dan putus asa. Inilah yang dikatakan oleh Mayor Rudi ".... kepadaanda yang mengatakan bahwa kota kita tidak akan kemali seperti sebelumnya,saya katakan Anda benar... karena New York akan menjadi lebih baik......" Rekan2, apa yang ingin saya share pada postiing kali ini adalah bahwa kitaharus berjuang untuk me-let go sesuatu yang menghambat kita. Fokus pada apayang kita miliki dalam diri kita jauh lebih membantu mencapai apa yang kitainginkan yaitu SUKSES. Senang sekali bisa nulis posting ini setelah lebih dari bertahun2 absen. Semoga bermanfaat.Bije WidjajantoBen WarG ConsultingPh: +62 (21) 739-7104 Cell: +62 (811) 816-501 SMS: +62 (855) 802-2453e-mail: mailto:bije_w%40benwarg.com web site: www.benwarg.com

Labels: , , , ,

Friday, March 17, 2006

FRANCHISEKAH FRANCHISEKU?

(dimuat Majalah Franchise Indonesia, edisi Maret 2006)

Suatu sore saya mengunjungi sebuah Mal baru di Jakarta Selatan. Walaupun mal tersebut tergolong baru tetapi suasana yang teramati benar-benar hidup. Hampir semua lokasi yang tersedia telah terisi oleh tenant yang juga menunjukkan aktivitas transaksi dengan penunjung mal. Bisnis yang dijalankan di sana beraneka ragam, mulai dari ritel, fashion, salon, stationary, toko bunga, studio foto, outlet telepon seluler, counter makanan dan minuman ringan, bakery, kedai kopi, restoran dll. Yang menarik perhatian, ketika saya mencoba menghitung, lebih dari 60% bisnis yang dijalankan di mal tersebut adalah outlet-outlet franchise baik internasional maupun lokal.

Bisnis franchise selama sekitar empat tahun terakhir memang mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Saya yakini, Robert T. Kiyosaki lewat bukunya Cashflow Quadrant, yang di antaranya merekomendasikan franchise sebagai salah satu jalan untuk membangun pasive income, turut bertanggung jawab dalam maraknya bisnis franchise di Indonesia. Data dari berbagai sumber yang saya himpun, saat ini jumlah franchise lokal telah mencapai angka di atas 300. Dari jumlah tersebut lebih dari setengahnya baru berumur kurang dari 5 tahun. Apabila ditambah franchise internasional, baik yang punya perwakilan di Indonesia maupun tidak, maka jumlahnya bisa melebihi angka 500. Belum lagi jumlah outlet dan jumlah tenaga kerja yang diserap. Sungguh pertumbuhan yang spektakuler.

Di tengah hiruk-pikuk bisnis franchise yang sedang terjadi, saya melihat ada hal yang perlu dicermati, yaitu tingkat keberhasilan. Berbagai pihak menyatakan tingkat keberhasilan franchise di Indonesia relatif rendah dibanding negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Di Amerika Serikat, negara yang sudah berpengalaman dalam bidang franchise ini, tingkat keberhasilan franchise di sana bisa mencapai di atas 90%. Apa yang membuat tingkat keberhasilan mereka lebih tinggi?

Salah satu penyebab kurangnya tingkat keberhasilan franchise di Indonesia, menurut saya adalah kurang lengkapnya pemahaman para franchisee maupun franchisor terhadap sistem franchise itu sendiri. Franchise adalah duplikasi sukses dari sebuah operasi bisnis. Berikut ini adalah dua syarat utama sebuah bisnis bisa di-franchise-kan.

A. Bukti Keberhasilan

Sebuah bisnis didirikan tentu bertujuan menjadi sukses, baik dalam hal manfaat, proses produksi, distribusinya dan yang paling penting adalah secara finansial. Bisnis yang terbukti berhasil, mempunyai peluang untuk di-franchise-kan. Keberhasilan sebuah bisnis biasanya menyulut keinginan investor lain untuk menikmati sukses yang sama. Berikut ini adalah tiga hal yang saya jadikan parameter kesuksesan sebuah bisnis:

  1. Profitabilitas, bisnis yang telah terbukti mencapai pengembalian modal dan mampu menghasilkan keuntungan finansial, minimal selama tiga tahun terakhir. Investor yang cermat tidak akan menanamkan modal pada bisnis yang belum jelas menguntungkan. Di negara yang menerapkan undang-undang franchise, franchisor harus menunjukkan laporan keuangan 3 tahun berturut-turut kepada calon franchisee, sehingga mereka bisa menilai profitabilitasnya sebelum memutuskan untuk membeli franchise.

  1. Uniqueness (keunikan), produk atau jasa yang dipasarkan harus mempunyai keunikan yang tidak gampang ditiru. Keunikan membuat franchisee lebih mudah memasarkan produk atau jasa mereka, karena berbeda dengan pesaingnya. Dengan kata lain, keunikan bisa menciptakan pasar tersendiri bagi produk yang bersangkutan.

Sebaliknya, tanpa keunikan produk akan menjadi generic yang sulit merebut pasar dan mudah terjebak dalam perang harga. Sebuah outlet franchise yang berhasil, bisa dengan mudah kalah bersaing dengan outlet non-franchise karena tidak memiliki keunikan. Dalam keadaan seperti ini, franchisee berada dalam posisi lemah karena mereka terbebani biaya royalty sedangkan pesaing non-franchise tidak.

  1. Brand, kekuatan brand sangat penting dalam bisnis franchise. Brand merupakan alat yang vital untuk mengomunikasikan produk kepada pasar apabila hendak membuka outlet baru. Tanpa brand yang jelas, sulit menjelaskan kepada pasar karena pasar memang tidak tahu nama produk, bahkan ketika produk tersebut sangat berhasil. Apabila outlet bisnis dibuka di wilayah yang mengenal brand-nya berpeluang sukses jauh lebih besar daripada kalau dibuka di wilayah yang tidak mengenal brand yang bersangkutan.

B. Sistem Franchise

Sebuah sistem franchise diperlukan untuk memungkinkan franchisee mengoperasikan outlet bisnisnya sama seperti franchisor. Tujuan akhirnya adalah franchisee dapat mencapai sukses seperti franchisornya. Komponen sistem franchise adalah dua hal berikut ini:

  1. Standard Operation Procedure (SOP). SOP dibuat untuk mengatur semua proses mulai dari produksi, distribusi sampai tata administrasi dan keuangan bisnis yang bersangkutan. Selain lengkap/menyeluruh, SOP harus bersifat documented, transferable dan measurable. Dengan demikian setiap orang bisa mempelajari dan menerapkan secara mandiri seluruh operasi bisnis. SOP yang baik akan menjadikan franchisor tidak terlibat dalam kegiatan teknis operasional franchisee.

  1. Support (Dukungan). Dukungan franchisor diperlukan untuk memastikan franchisee mengoperasikan bisnis sesuai dengan SOP yang dibakukan. Sistem dukungan franchise yang baik akan membuat franchisee tergantung pada franchisor untuk kelangsungan bisnisnya. Dukungan ini meliputi training, supply bahan baku, asistensi, konsultasi, monitor, reporting dan evaluasi. Sifat dukungan franchise adalah ekstensif dan fleksibel.

Selanjutnya, saya ingin menghubungkan kepemilikan syarat utama di atas dengan terminologi yang familier dengan pemberian franchise telinga masyarakat franchise Indonesia. Ada tiga terminologi yang sering dipakai yaitu franchise, business opportunity dan business concept.

  1. Franchise, apabila franchisor telah mempunyai bukti keberhasilan bisnis dan juga sudah memiliki sistem franchise yang lengkap.
  2. Business Opportunity, apabila pihak franchisor telah mempunyai bukti keberhasilan bisnis tetapi sistem franchise belum ada atau tidak lengkap.
  3. Business Concept, apabila franchisor belum mempunyai outlet bisnis yang berhasil, tetapi sudah mempunyai sistem franchise yang lengkap.

Dari tiga definisi di atas, saya ingin mengajak masyarakat franchise di Indonesia, para franchisor dan para franchisee, untuk melihat kembali keberadaan bisnis “franchise” yang sedang di tekuni selama ini. Masuk dalam kategori mana? Sudahkan bisnis tersebut benar-benar bisa dikatakan franchisee? Saya mengamati berdasarkan syarat di atas, saat ini franchise lokal di Indonesia sebagian besar adalah business opportunity.

Saya punya sebuah harapan bahwa ketika masyarakat franchise di Indonesia lebih memahami dan menyadari pentingnya dua syarat utama yang saya paparkan di atas, maka akan mendorong tingkat keberhasilan franchise pada tingkat yang lebih tinggi. Sementara ini banyak pihak mengakui, bahwa menyusun sistem franchise yang baik bukanlah pekerjaan sederhana. Dibutuhkan kemauan dan keahlian tertentu untuk bisa menyusunnya. Namun demikian hal ini tentu tidak menjadi kendala apabila yang diinginkan adalah keberhasilan bisnis jangka panjang.

Dikaitkan dengan rencana diperbaruinya peraturan formal tentang operasi bisnis franchise, baik pada tingkat Peraturan Pemerintah (PP) ataupun lebih yang tinggi lagi menjadi Undang Undang (UU), tidak ada yang salah apabila masyarakat franchise lebih dahulu memperbaiki sistemnya. Hal-hal yang bisa dilakukan antara lain: melengkapi dan memperbaiki SOP, meningkatkan dukungannya kepada franchisee dan memperbaiki aturan dalam perjanjian franchise. Pada akhirnya ketika semuanya menjadi baik, pihak yang diuntungkan adalah seluruh masyarakat, yaitu franchisor, franchisee dan konsumen. Ketika konsumen puas, franchisee menjadi puas dan akhirnya franchisor juga menjadi puas.

Bije Widjajanto Senior Consultant di Ben WarG Consulting e-mail: bije_w@benwarg.com

Tuesday, March 07, 2006

How Stress Are You

Saya baru menemukan gambar ini. Dari informasi yang saya dapat, katanya gambar ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat ketahanan terhadap stres seseorang. Gambar tersebut hanyalah gambar image biasa, bukan animasi. Ilusi indra pengelihatan kita yang dinamis membuat gambar statis tersebut kelihatan bergerak-gerak secara dinamis. Dari persepsi gerakan yang dirasakan, katanya bisa untuk mengukur tingkat resistensi terhadap stres (stress resistance). Orang yang mudah stres akan

Melihat gambar ini sebagai tabung yang berputar-putar dengan cepat. Tetapi orang yang tahan stres hanya akan melihat gambar ini bergoyang/gelombang secara halus.

Selamat mencoba dan salam,

Bije

Thursday, February 23, 2006

Relative Perspective

Ketika menilai kenyataan yang dihadapi, sering orang terperangkap dalam paradigma dan perspektif pemikiran yang ada di kelapanya. Pandangan orang lain, atau situasi emosional yang berbeda terkadang menghenyakkan kita dari penilaian yang kita keyakinan sebelumnya.
Ilustrasi di samping sekedar memberikan metafora bahwa pandangan kita yang didasarkan pada teori, paradigma, atau konsep-konsep yang kita yakini bukanlah sesuatu yang mutlak.
Instruksi:
  1. Perhatikan gambar 2 wajah, sebelah kiri sebut A dan sebelah kanan sebut B
  2. Mana antara A dan B yang sedang happy, anda akan pilih dia ketika mau pinjam uang
  3. Mundurlah 3-4 langkah dari monitor anda, sekarang nilailah apakah pilihan anda tepat??
  4. Renungkan dan terapkan dalam hidup anda.
Semoga bermanfaat dan salam,
Bije Widjajanto

Wednesday, February 22, 2006

5 Winning Character of Future's Profesionals

Tuntutan Profesionalisme Mas Depan

(Cuplikan dari makalah ‘Winning the Future”)

Tantangan hidup semakin lama semakin berat, sejalan dengan kemajuan peradaban manusia. Dalam kondisi ini, orang yang ingin sukses mengarungi masa depan, perlu mempersiapkan dan melengkapi dirinya dengan keterampilan serta kompetensi tertentu. Selain itu, untuk mendapatkan peluang sukses yang lebih besar, perlu dibangun sejak dini karakter-karakter sebagai berikut:

1. Kreatif

Pribadi yang kreatif berpeluang lebih besar untuk mampu menghadapi perubahan-perubahan yang terus menerus terjadi. Berbekal kreativitas yang dimiliki, pribadi yang bersangkutan akan selalu mampu mendapatkan jawaban atas persoalan yang timbul atau metode baru yang sesuai dengan perubahan yang terjadi. Ada beberapa kriteria untuk membina kreativitas positif sebagai berikut:

  1. Konstruktif, pribadi yang konstruktif selalu mencari hal-hal baru yang mampu menghasilkan perbaikan, hasil akhir yang lebih baik dengan sejauh memungkinkan, tidak menimbulkan kerusakan pada bagian atau hal lain.
  2. Multidimensi, melihat setiap persoalan dari berbagai sudut pandang yang berbeda, sehingga solusi yang dihasilkan mempunyai dimensi yang pula dan dapat diaplikasikan secara lebih luas pula.
  3. Solution Oriented, selalu menempatkan solusi sebagai tujuan akhir dan melihat masalah yang dihadapi sebagai dasar pemikirannya. Pribadi yang berorientasi pada solusi selalu menempatkan masalah sebagai bagian yang terpisah dari ikatan emosional mereka. Sehingga dengan demikian akan tercipta sebuah solusi yang obyektif.

2. Network

Network (jaringan) yang luas akan membantu setiap pribadi mendapatkan peluang-peluang yang lebih baik, dalam perjuangannya mencapai kesuksesannya baik sebagai karyawan, profesional maupun pelaku bisnis. Dalam membangun jaringan, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan:

  1. Inklusif, jaringan yang dibangun sebaiknya bersifat inklusif, lepas dari keterikatan primordial, golongan, profesional ataupun faktor lain yang bersifat internal. Tentu hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan pentingnya setiap pribadi mempunyai kelompok dan jaringan menurut minat dan kepentingan pribadi lainnya.
  2. Seimbang, dalam menjalin sebuah jaringan, ada dua hal yang menjadi konsekuensi bagi orang yang bersangkutan, yaitu apakah orang tersebut akan ‘memberi’ manfaat kepada jaringannya, atau sebaliknya dia mengharapkan ‘mendapat’ manfaat tertentu dari jaringannya. Dalam membangun jaringan sebaiknya menjaga keseimbangan antara apa yang ‘diperoleh’ dan yang ‘diberikan’ kepada jaringannya.
  3. Leveraging, kriteria ini diperlukan agar setiap pribadi bisa mengambil manfaat dari keberadaan jaringan yang diikutinya. Baik jaringan tersebut bersifat ‘memberi’ ataupun ‘menerima’, keduanya harus bisa memberi manfaat bagi yang bersangkutan. Manfaat tersebut haruslah ‘mengungkit’ (leveraging) upaya mencapai tujuan pribadinya.

3. Mandiri

Kemandirian diperlukan oleh pribadi yang sukses untuk bisa mengerjakan pekerjaan dan tugas-tugasnya sebagai manifestasi keberadaan dirinya. Pribadi yang mandiri mampu menyelesaikan pekerjaannya dan mengatasi setiap masalah yang dihadapi secara mandiri. Mereka tahu kepada siapa mereka harus bertanya apabila ada sebuah permasalahan yang belum mereka ketahui jalan pemecahannya. Sikap yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kemandirian adalah sebagai berikut:

  1. Profesional, pribadi mandiri yang diikuti dengan sikap profesional mencerminkan penguasaannya pada hal atau area yang menjadi bidangnya. Profesionalisme dapat dilihat dari pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki untuk membuahkan hasil berkualitas dan memuaskan. Profesionalisme yang tinggi akan membuat pribadi yang bersangkutan dapat mengaktualisasikan karya-karyanya secara mandiri babas dari ketergantungan pada orang lain.
  2. Tanggung Jawab, pribadi yang mandiri perlu sikap tanggung jawab karena dengan demikian, orang lain akan lebih percaya akan hasil dari pekerjaannya serta akibat yang mungkin akan terjadi baik karena hasil pekerjaannya ataupun karena proses pengerjaannya. Pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab, tahu dan berani memberi jaminan terhadap semua akibat yang timbul oleh pekerjaannya.
  3. Dapat diandalkan, sikap pribadi mandiri yang ketiga adalah reliable (dapat diandalkan). Sikap ini bisa memberikan rasa tenang kepada orang yang memberi tugas: atasan, client, mitra, konstituen atau stake-holder lainnya. Kepada pribadi yang ‘dapat diandalkan’, seseorang bisa dengan kepercayaan penuh memberi tugas atau mendelegasikan, sehingga pada akhirnya yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaannya secara mandiri dan secara penuh mengaktualisasikan dirinya melalui hasil yang diberikan.

4. Open minded

Open minded atau ‘berpikiran terbuka’ diperlukan oleh setiap pribadi sukses dalam mengantisipasi setiap perubahan. Pribadi berpikiran terbuka tidak takut terhadap perubahan, dan tidak melekat pada kemapanan. Mereka selalu menangkap setiap hal yang berbeda dengan pikiran, ide atau opini mereka secara teruka. Pribadi tersebut pada umumnya mudah untuk memahami jalan pikiran orang lain. Hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pikiran yang terbuka antara lain adalah:

  1. Positif, merespons kenyataan hidup dengan pikiran positif. Hal ini sangat penting, karena dengan pikiran positif akan merangsang otak untuk mencari solusi yang lebih baik, sementara pikiran negatif akan menghentikan sistem saraf dari pencarian ide-ide baru sebagai respons kenyataan yang diterimanya. Pikiran positif juga bisa memudahkan terjadinya kompromi apabila ada dua pemikiran yang bertentangan.
  2. Optimis, sikap optimis selalu berorientasi pada hasil yang lebih baik. Pribadi-pribadi yang optimis mampu menerawang masa depan dengan penuh harapan, dan hal ini akan membuat mereka selalu mendapatkan ide-ide cemerlang untuk mengantarkan mereka pada masa depan yang mereka impikan. Sebaliknya sikap pesimis hanya berpikir pada masa lalu, menempatkan kegagalan-kegagalan masa lalu sebagai menghalang (block) atas harapan masa depan yang lebih baik.
  3. Mencari yang terbaik, kesempurnaan tidaklah datang seketika. Pribadi yang berpikiran terbuka selalu ‘menggugat’ diri dengan mencari hal-hal baru yang bisa membuat sesuatu yang ada menjadi lebih baik dengan perubahan-perubahan tertentu. Sikap ini pada umumnya mengatarkan pribadi yang bersangkutan untuk mencapai tingkat kesempurnaan yang luar biasa.

5. Team player

Tidak ada pekerjaan yang bisa diselesaikan sendiri. Setiap saat dan segala sesuatu di dunia ini terjadi melalui serangkaian campur tangan berbagai pihak. Pribadi-pribadi yang berkarakter pekerja kelompok mengetahui kenyataan tersebut. Mereka tidak mau mengandalkan dirinya sendiri, mereka tahu bahwa setiap hal akan menjadi lebih baik apabila disatukan dari hasil pemikiran lebih dari satu orang. Hal-hal atau sikap yang terkait karakter pekerja kelompok ini antara lain adalah:

  1. Delegatif, sikap ini memungkinkan pribadi yang bersangkutan untuk menerima penugasan atau bagian pekerjaan yang harus menjadi tanggung jawabnya dengan ikhlas. Sebaliknya mereka juga rela menyerahkan pekerjaan atau bagian dari pekerjaannya kepada orang lain, dan menyerahkan otoritas yang dimilikinya menjadi tanggung jawab orang lain, dengan berpegang pada pencapaian hasil yang lebih baik.
  2. Fleksibel, seorang pekerja kelompok mampu melakukan perubahan-perubahan kecil guna menyesuaikan dengan kondisi timnya. Ada kalanya anggota tim lain menemui permasalahan dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, padahal kegagalan anggota tersebut bisa menimbulkan masalah bagi anggota tim lainnya. Dalam kondisi seperti ini, pekerja tim yang fleksibel mau dan berani mengambil alih atau membantu anggota yang bermasalah untuk menyelesaikannya dengan tujuan mereka dapat menyelesaikan target kelompoknya sesuai dengan yang telah ditetapkan.
  3. Pekerja Keras, selain bertanggung jawab kepada pemberi tugas, pekerja kelompok juga bertanggung jawab kepada kelompoknya. Pribadi pekerja kelompok menyadari bahwa kegagalan yang dibuatnya dapat diartikan sebagai beban seluruh anggota kelompok. Didasari kesadaran tersebut, mereka terdorong untuk melakukan segala upaya, mereka bekerja keras untuk menyelesaikan tanggung jawabnya

Membentuk 5 Winning Character

Jawaban atas Tuntutan Profesionalisme Masa Depan

Dari tuntutan profesionalisme seperti dijabarkan di atas, dalam menciptakan pribadi-pribadi sukses, yang akan tampil sebagai pemenang masa depan, perlu dilakukan persiapan sejak dini. Salah satu persiapan yang penting adalah pembentukan ‘karakter pemenang’ kepada anak didik, mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Selama ini disadari bahwa selain faktor intelegensi, ‘karakter’ seseorang sangat berpengaruh dalam keberhasilannya di semua bidang pekerjaan yang dijalani.

Dalam kaitan dengan membentuk karakter pemenang, ada empat materi yang perlu dilatih yang bertujuan membentuk karakter positif:

1. Personality Development

Secara garis besar, materi ini bertujuan untuk memberi pengetahuan bagi para mahasiswa untuk meningkatkan dan mengembangkan kepribadiannya. Hasil yang diinginkan dari pemberian materi ini adalah terbentuknya ‘kepribadian’ unggul, yang akan sangat bermanfaat dalam membangun jaringan.

Materi personality development mencakup topik ajaran sebagai berikut:

  1. Cara bergaul, yaitu memberi pengetahuan tentang pergaulan sesuai dengan jaman yang sedang berlangsung. Tujuan pengajaran topik ini agar para mahasiswa dapat menjalin pergaulan yang luas, dari berbagai kalangan, dapat menembus komunitas keilmuan yang ditekuni saja.
  2. Perbaikan penampilan, yaitu memberikan pengetahuan bagaimana berpenampilan sesuai dengan perkembangan jaman dan situasinya, mulai dari cara berpakaian, cara membawakan diri, cara berbicara dan lain-lain. Tujuannya adalah mahasiswa akan mampu membawa dirinya dalam situasi apapun dengan penuh percaya diri.
  3. Etika, yaitu memberi pengetahuan tentang etika berhubungan dangan orang lain, baik secara formal maupun non-formal, baik secara lisan, komunikasi dengan alat, ataupun berkorespondensi dengan bahasa tulis. Tujuan pengajaran materi ini adalah bahwa mahasiswa mengetahui bagaimana harus menjalin hubungan atau berkomunikasi dengan pihak-pihak lain.

2. Emotional Motivation

Materi Emotional Motivation ini secara garis besar bertujuan untuk menumbuhkan motivasi dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting bagi para mahasiswa untuk menguatkan kemauan dan keyakinannya dalam meraih cita-cita yang diinginkannya. Seseorang yang bisa membangkitkan motivasi dari dalam diri sendiri akan mampu mengatasi segala permasalahan hidup yang dialaminya, orang tersebut tidak memerlukan orang lain untuk bangun dari kejatuhan yang dialaminya.

Topik yang diajarkan dalam materi ini meliputi:

  1. Melakukan Perubahan dalam diri untuk mengubah karakter-karakter negatif yang bisa menghalangi perjalanannya menentukan atau meraih cita-cita.
  2. Merangsang jiwa untuk hidup secara lebih baik melalui pertanyaan-pertanyaan. Dengan pertanyaan yang benar jiwa akan bereaksi secara positif untuk bertahan hidup, keluar dari permasalahan atau mencapai hidup yang lebih baik.
  3. Mencari sumber-sumber motivasi yang bisa digunakan untuk membangkitkan motivasi baru setiap saat.
  4. Membentuk dan mengembangkan karakter baru yang positif dan berguna untuk memenangkan masa depan.

3. Personal Selling

Materi Personal Selling ini secara garis besar bertujuan melatih kemampuan mahasiswa untuk membangun rasa percaya diri dalam mengomunikasikan ide-idenya dan memenangkan negosiasi atas ide-idenya secara positif. Hal ini sangat penting dalam kenyataan hidup, bahwa seorang Sarjana Sains harus mampu menjual ide-ide cemerlangnya kepada orang lain, baik itu yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari ataupun hal-hal lain yang melekat dengan profesi dan profesionalisme mereka sesuai dengan gelar yang dimiliki.

Topik yang diajarkan dalam materi ini meliputi:

  1. Membangun rasa percaya diri dengan melakukan breakthrough, sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Rasa takut dan malu sering menjadi penghalang untuk melakukan hal-hal yang baru walaupun mereka yakin akan hasilnya.
  2. Komunikasi efektif, dalam topik ini mahasiswa dilatih untuk melakukan komunikasi secara efektif, menggunakan seluruh sumber daya yang ada dengan tujuan orang lain memahami apa yang menjadi pikirannya. Selain itu juga dilatih cara mendengarkan dengan baik, hal ini juga penting karena dalam komunikasi, selain berbicara, seseorang juga dituntut untuk bisa mendengarkan lawan komunikasinya dan menangkap isi pikirannya.
  3. Keterampilan menjual, yang pertama dalam topik ini akan diajarkan seni bernegosiasi dan bagaimana memenangkannya. Metode melakukan pendekatan emosional dalam menawarkan ide sangat penting untuk berhasilnya sebuah penjualan. Untuk itu, metodologi pengajaran yang paling cocok adalah melibatkan mahasiswa dalam latihan-latihannya.

4. Entrepreneurship

Materi Entrepreneurship ini secara garis besar bertujuan membangun keberanian untuk mengambil keputusan dan menghadapi segala risiko yang timbul dari keputusan yang dipilihnya. Kepada mahasiswa diberikan penyadaran bahwa hidup manusia pada umumnya adalah pilihan dari berbagai kenyataan yang dihadapi setiap saat. Selanjutnya diarahkan pada kemampuan menentukan pilihan yang tepat, yaitu pilihan yang dapat memberikan kebaikan. Tujuan akhir dari materi ini adalah ‘kebijaksanaan’ yaitu kemampuan menentukan pilihan ‘tepat’ yang bisa membuat keadaan lebih baik.

Topik yang diajarkan dalam materi ini meliputi:

  1. Membangun passion (gairah hidup), dengan mengevaluasi potensi yang terkandung dalam dirinya, peluang-peluang yang ada di luar, menyatukan dengan karakter positif yang dimilikinya dan menuangkan dalam sebuah konsep pemikiran yang logis.
  2. Membangun keberanian untuk mengambil risiko atas sebuah keputusan yang penting. Faktor emosi sangat berpengaruh dalam ini. Banyak keputusan penting yang berpeluang sangat baik tidak diambil karena orang yang bersangkutan tidak berani menghadapi risiko yang ditimbulkan. Dalam topik ini, para mahasiswa diajak untuk masuk ke dalam kondisi emosi yang dapat mendorong dia untuk mengambil keputusan. Penerapan prinsip ‘avoid pain and gain pleasure’ diterapkan dalam topik ini.
  3. Pada akhir dari materi Entrepreneurship ini diberikan topik leadership (kepemimpinan). Seorang pemimpin haruslah mempunyai visi dan gairah kerja yang tinggi, keberanian mengambil keputusan dan sanggup menghadapi risiko. Kepada mahasiswa diberikan pengetahuan dan hikmat kepemimpinan yang bisa menginspirasi mereka untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinannya sendiri. Secara umum, topik kepemimpinan ini adalah mempelajari model-model kebajikan yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin besar dunia. Selain itu, topik ini juga memberi penegasan tentang kebajikan-kebajikan yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin.

Wednesday, January 25, 2006

Jenis Jenis Franfchise Business 2/3 (FRANCHISE #03)

Dear Entrepreneurs,

Pada posting saya sebelumnya tentang Franchise, saya sudah membawakan jenis franchise yang I yaitu penerapan sistem franchise yang menyentuh seluruh aspek operasi bisnis. Pada posting ini saya share tentang sistem franchise yang II yaitu sebagai channel distribusi. Seperti sebelumnya tulisan-tulisan saya ini sangat diwarnai olejh opini dan pemahaman saya pribadi tentang franchise, oleh karena itu saya mengundang komentar2 atau tanggapan dari rekan-rekan semua yang tentu pada akhirnya dapat memperkaya khasanah kita semua.

2. Kategori Sistem Franchise Distribution Channel

Sistem franchise yang berada dalam kategori Distribution Channel ini lebih sederhana dari kategori sebelumnya. Dalam sistem franchise ini, pelanggan masih perlu untuk datang ke outlet secara langsung. Untuk itu, standardisasi sistem harus sampai pada keseragaman rasa dan suasana outlet. Kegaitan operasional yang menjadi tanggung jawab franchisee adalah proses delivery produk dan services.

Pada umumnya, sistem franchise jenis ini diterapkan untuk distribusi produk-produk consumer goods. Proses produksi secara keseluruhan terjadi di pihak franchisor. Oleh karenanya eksistensi outlet franchise adalah sebagai channel distribusi produk tersebut. Sebagai sebuah distribution channel

Franchisee harus membuat suasana outlet menjadi nyaman dan disukai oleh customer dan tetap menjaga standard yang ditentukan oleh franchisornya. Dalam hal ini, franchisee

3. Kategori Sistem Franchise Keagenan

(bersambung .... 3/3)

Thursday, January 19, 2006

5 Steps to be a Successful Business (1/5)

Rekan2 yth,

Beberapa waktu yang lalu saya sempat menyinggung langkah membangun bisnis. Langkah tersebut yang selalu saya pakai sebagai acuan dalam menjalankan coaching atau konsultasi kepada mitra saya. Prinsip SUKSES adalah ‘give value to others and you will be valuable’. Demikian juga dengan perusahaan atau bisnis. Perusahaan yang sukses pasti memberi manfaat kepada banyak orang. Kalau tidak, pasti perusahaan itu akan sulit mendapatkan pelanggan dan kalau sudah dapat pelanggan akan segera ditinggalkannya.

Dalam posting kali ini saya ingin membahas lebih rinci tentang 5 langkah tersebut:

1. CREATION

Bisnis harus dimulai dari penciptaan produk atau jasa yang akan dijualnya. Penciptaan atau creation atau kreasi, artinya membuat sesuatu dari tidak ada menjadi ada, dari tidak pernah dipikirkan menjadi tersedia, dari tidak bisa menjadi bisa dll.. Proses ini lebih banyak terjadi di dalam kepala penciptanya atau di dalam laboratorium penelitian. Tahapan kreasi merupakan kolaborasi antara tim teknis/profesional dan tim marketing.

Saya mengelompokkan tingkat atau derajat kreasi sebagai berikut:

  • Invention, Membuat sesuatu yang benar2 baru belum pernah terjadi/ada, misalnya sebelum ada telepon orang berbicara harus langsung dengan media udara atau tidak langsung dengan media tulisan. Ketika Graham Bell membuat alat di mana orang menjadi bisa berbicara langsung jarak jauh dengan media kabel listrik. Kemudian orang menyebut Bell sebagai ‘penemu’ telepon.
  • Innovation, Sesuatu yang sudah ada dengan cara tertentu, menjadi bisa dilakukan dengan cara lain, atau dengan hal yang sama bisa melakukan kegiatan lain. Apabila sebelumnya orang bertelepon menggunakan media kabel listrik, kemudian dengan dibuatnya telepon seluler, orang bisa bertelepon menggunakan media gelombang elektromagnet. Contoh lain, sambil bertelepon orang bisa mengirim gambar yang diambil dari kamera yang ditanam dalam telepon selulernya.
  • Modification, Melakukan perubahan atau penambahan tertentu sehingga sesuatu yang telah ada sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah atau biaya menjadi lebih hemat. Contoh, ketika sebelumnya telepon seluler yang menggunakan sinyal AMPS gampang disadap, maka dibuat sinyal CDMA yang bisa menyandikan paket2 suara yang dikirimnya, sehingga hanya penerima yang bisa mendengarkan suara.
  • Imitation, Membuat atau melakukan hal yang sama dengan bahan yang berbeda, biasanya kualitas lebih rendah. Sebagai contoh, ketika pasar telepon seluler di Indonesia semakin merambah pada kalangan menengah bawah, maka dibuatkan telepon seluler Sanex yang teknologinya menggunakan teknologi Korea tetapi menggunakan bahan2 kualitas nomor 2.

Baik invention, innovation, modification ataupun imitation bisa menghasilkan produk yang bernilai tinggi secara ekonomi dan selanjutnya dapat menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan. Walaupun begitu, untuk suksesnya sebuah produk atau jasa, ada 5 acuan yang menentukan sebagai berikut:

  1. Nilai-Nilai (Values)

Produk dan jasa yang diciptakan harus tunduk pada nilai dan norma2 kemanusiaan, sosial, keagamaan dan lingkungan yang berkembang pada masyarakat penggunanya atau target pasarnya. Produk yang menyimpang atau melanggar nilai serta norma yang berlaku akan ditolak. Sebaliknya produk dan jasa yang dihasilkan harus dapat digunakan untuk menjadi lebih mulia dalam norma dan nilai yang berlaku secara universal.

  1. Etika (Ethics)

Produk dan jasa yang diciptakan harus memenuhi prinsip2 budaya dan susila yang berlaku. Produk yang melawan etika bisa mengakibatkan ketidaknyamanan tertentu bagi masyarakat. Lebih dari itu bisa mengakibatkan konflik sosial. Scope etika berlaku dalam wilayah yang relatif lebih sempit pada kebudayaan atau tertentu.

  1. Fungsi

Untuk bisa diterima oleh pasar, produk dan jasa harus mempunyai fungsi yang spesifik baik sebagai fungsi utama, fungsi tambahan ataupun sekedar accessories. Kejelasan fungsi yang dilekatkan pada sebuah produk akan sangat mempengaruhi penerimaan pasar. Akan timbul permasalahan ketika fungsi sebuah produk tidak jelas, maka pasar akan memfungsikan sesuai persepsinya sendiri yang apabila tidak sesuai akan berakhir pada kekecewaan atas produk yang bersangkutan.

  1. Segmentasi

Masyarakat sebagai target pasar bukanlah sebuah sistem yang seragam melainkan dapat dikelompokkan baik secara horizontal maupun vertikal. Perilaku pasar dalam hal ini juga bermacam2 yang masing2 mengharapkan produk yang berbeda2. Produk dan jasa yang diciptakan harus diarahkan pada kelompok tertentu sebagai target pasarnya sesuai dengan segmen yang dipilih.

  1. Keunikan (Uniqueness)

Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat, sering kali segmen pasar yang sama diserbu oleh banyak sekali produk sejenis. Kunci keberhasilan produk terletak pada keunikannya sehingga tidak lagi bisa dibandingkan dengan produk2 pesaing. Keunikan ini harus menjadi keunggulan terhadap produk pesaing. Dengan demikian perhatian pasar akan terfokus pada keunikan tersebut. Keunikan sebuah produk dan jasa bisa diciptakan dari kandungan bahan, proses pembuatannya ataupun metode penyampaiannya.

Apabila sebuah produk atau jasa memenuhi 5 acuan diatas, maka produk itu akan memberi manfaat bagi pemakainya. Dalam bisnis, produk yang seperti ini sudah menyumbang 20% keberhasilan. Creation di sini sering juga disebut sebagai ‘value creation’ atau penciptaan nilai.

..... bersambung .....

Salam,

Bije Widjajanto

www.benwarg.com