Bije Widjajanto shares his thought

Manusia dilahirkan untuk memberi arti bagi orang lain. Saya membagikan ide dan pemikiran saya lewat posting dalam blog ini dengan harapan ada yang bermanfaat bagi para pembaca. Topik yang saya angkat dalam blog ini berkisar antara: membangun motivas diri, self leadership, team building, konsep business development dan secara khusus franchising. Saya membuka diri bagi para pembaca yang ingin memberi masukan, komentar, kritik, saran ataupun koreksi.

Thursday, January 05, 2006

Nikmati dan Syukuri Apa Yang Anda Miliki

Mengukur Kebahagiaan Manusia

Sekitar 7 tahun yang lalu, saya melakukan perjalanan dari Sarangan ke Ponorogo. Saya bersama 4 orang termasuk supir mengendarai L300 yang dicarter dari Jakarta, menyelurusi lereng gunung Lawu, melewati jalan2 batu, berliku-liku dan naik-turun terjal sepanjang lebih dari 10km.

Sepanjang perjalanan, saya lihat banyak orang yang memikul batu. Batu itu congkel atau digali dari tanah2 di lereng gunung, dibawa dan disusun rapi di pinggir jalan. Saya sangat yakin mereka telah mengerjakan hal ini setiap hari dari pagi sampai sore. Setiap hari ada truk yang mengambil (membelinya) dan di bawa ke kota.

Tidak bisa saya bayangkan, berapa harga jual setumpuk batu gunung itu. Sebandingkah dengan usaha mereka mencongkel dan mengusungnya? Saya yakin, sepikul batu, kiri dan kanan, berbobot lebih dari 10kg. Tapi mereka setia mengerjakannya setiap hari, mereka tekun memikul beban berat itu. Saya berpikir orang ini pasti susah dan sengsara hidupnya.

Uang yang mereka peroleh setiap hari pasti hanya cukup untuk dibelikan bahan makan yang didatangkan dari kota. Kalaupun ada sisa yang dikumpulkan satu bulan, mungkin hanya cukup atau bahkan kurang untuk membayar biaya sekolah anaknya. Atau kalau dibawa ke kota hanya cukup untuk beli sebuah baju di pinggir jalan.

Namun ternyata perkiraan saya itu tidak benar. Betapa kagetnya, ketika saya temukan tempat mereka berkumpul untuk beristirahat. Mereka terlihat sedang riang bercanda dengan teman2nya. Rasa gembira itu terlihat tulus dari wajah mereka yang bersinar dan terdengar dari derai tawanya. Ternyata mereka tidak se-susah dan se-sengsara yang saya kira. Mereka lebih bahagia dari saya yang saat itu sedang naik mobil dan punya penghasilan bulanan yang pasti dan cukup.

Saya yakin mereka punya daftar keinginan yang sama banyak atau mungkin lebih banyak dari saya. Dan sayapun yakin bahwa saat itu saya mendapat lebih banyak dari mereka. Tetapi saya tidak segembira mereka. Saya belajar dari mereka dan mengakui bahwa mereka lebih hebat dari saya. Saya ungkapkan perasaan saya dengan teman seperjalanan saya saat itu, dan saya ajak mereka untuk merenung.

Pemahaman yang saya peroleh, bahwa ternyata 'kebahagiaan' bukan terletak pada apa yang saya 'MILIKI' tetapi lebih pada bagaimana saya 'MENIKMATI dan MENSYUKURI' apa yang saya dapatkan atau saya miliki. Menikmati dan mensyukuri adalah salah satu 'pilihan' sikap dalam menghadapi realitas hidup. Hal yang remeh dan kecil, ketika diterima sebagai sesuatu yang layak disyukuri, mendadak akan menjadi sangat penting dan besar, dan di sinilah 'kebahagiaan' datang.

Karena sikap hidup adalah pilihan, maka menjadi BAHAGIA-pun juga pilihan. Kita akan bahagia kalau kita memilih menjadi bahagia. Sebaliknya kita juga akan sengsara kalau tidak memilih bahagia.

Semoga bermanfaat.

Bije Widjajanto

0 Comments:

Post a Comment

<< Home