Bije Widjajanto shares his thought

Manusia dilahirkan untuk memberi arti bagi orang lain. Saya membagikan ide dan pemikiran saya lewat posting dalam blog ini dengan harapan ada yang bermanfaat bagi para pembaca. Topik yang saya angkat dalam blog ini berkisar antara: membangun motivas diri, self leadership, team building, konsep business development dan secara khusus franchising. Saya membuka diri bagi para pembaca yang ingin memberi masukan, komentar, kritik, saran ataupun koreksi.

Monday, January 02, 2006

Mengapa Sulit Berubah (MOTIVATION #02)

"Tikus dan Tukang Sihir"

Dalam posting moitivasi saya sebelumnya, saya menampilkan tentang apa yang bisa dilakukan bila seseorang ingin mengubah karakternya. Saya yakin hal tersebut tidaklah gampang dilakukan. Misalnya bagaimana seorang ‘pemarah’ mengubah karakternya sehingga menjadi ‘penyabar’, atau seorang ‘pendendam’ menjadi ‘pemaaf’. Namun demikian tentu untuk perubahan menjadi lebih baik, sesulit apapun biasanya akan dilewati.

Dalam tayangan kali ini ingin saya sharing tentang hal-hal yang sering membuat orang sulit berubah. Sharing ini saya tulis kembali dari yang pernah saya sharingkan di forum intern Gramedia, ketika saya masih bekerja di sana 6 tahun yl. Saya ambil sebuah kisah tentang seekor tikus yang hidup di rumah Tukang Sihir sakti.

Suatu saat, sang Penyihir menemukan seekor tikus yang ‘ndhepipil’ (.... opo rek boso Indonesiane ....) di pojok sebuah ruangan. Dia tampak sangat takut dan gemetaran, sampai untuk bergerakpun takut. Sang Penyihir memperhatikan sejenak dan tergeraklah hatinya oleh perasaan iba.

Dia mendekati dan bertanya “Hai, kenapa kamu ketakutan dan ‘ndhepipil’ di situ, bukankah rumah ini cukup luas bagimu untuk bermain dan berlarian?” sambil tetap ketakutan, Tikus itu menjawaban: “Aku takut Pak Penyihir, takut sekali, karena di ruangan sebelah ada kucing”. Kalau dia melihatku, pasti aku akan diterkamnya”, tambahnya. Sang Penyihir termenung sejenak, kemudian dengan nada optimis dia bertanya: “Maukah kamu, kalau aku menyihirmu menjadi Kucing supaya tidak lagi takut??”. Tikus sangat kegirangan dan dengan antusias dia menjawab: “Mau, aku mau Bapak, ubahlah aku menjadi Kucing”. Kemudian Penyihir sakti itu mengucapkan mantera dan mangayunkan tongkatnya. Tikuspun berubah menajdi seokor Kucing yang gagah.

Kucing-Tikus ini dengan penuh keyakinan berjalan meninggalkan tempatnya menyusuri ruang-ruang yang ada. Dengan percaya diri pula, dia berjalan tenang sambil mengeong di sebelah Kucing yang ditakutinya. Terkejutlah dia, ketika dia berlari-lari kecil di ruang depan dan dilihatnya seekor anjing besar dan galak. Golnggongan anjing itu telah menghancurkan keberaniannya. Diapun ketakutan dan berlari secepatnya menuju tempat persembunyian semula.

Ketika sang Penyihir kembali melihatnya, maka heranlah dia dan kembali bertanya: “Mengapa kamu masih saja ketakutan dan bersembunyi di situ, bukankan kamu sekarang sudah menjadi Kucing?”. Dia menjawab: “Memang, aku Kucing sekarang, tapi ketika aku berjalan di depan ada seekor anjing besar yang siap menerkamku”. Penyihir berdiri dan dengan perasaan iba di berkata: “Baiklah, aku akan mebuatmu tidak ketakutan, dan akan menjadikanmu seekor Ajing yang gagah”. Diayunkan pula tongkatnya dan seketika itu, kucing itupun berubah menjadi Anjing.

Dengan keyakinan barunya, Ajing-Tikus ini berlari dari persembunyiannya, menyelusuri ruangan di rumah Penyihir yang luas itu. Dia mengeram sebentar ketika bertemu dengan Kucing yang biasanya ditakutinya. Ketika sampai di depan rumah dan bertemu dengan anjing dia tetap berlari-lari, menikmati suasana hidup yang baru itu. Diapun mulai berani berjalan lebih jauh lagi mengitari taman, sampai suatu saat diapun terkejut tatkala bertemu dengan Harimau, yang juga piraraan Tukang Sihir sakti itu. Dia berhenti berlari, dandilihatnya Harimau itu berjalan dengan pasti menghampirinya, si Ajing-Tikus mulai gemetaran lagi dan ketika harimau itu mengaum, maka amat takut dan berlarilah kembali ke persembunyiannya semula.

Tukang Sihirpun akhirnya melihat dan menanyakan pertanyaan yang sama. Diapun menceritakan secara lengkap. Penyihir itu termenung dan bertanya di dalam dirinya, mengapa ia harus menolong setengah2, akhirnya terpikirlah: ”seandainya Tikus ikni aku sihir menjadi Harimau, pasti dia tidak perlu takut lagi”. Maka Penyihir itu menghampirinya dan bertanya: “Hai Tikus, maukah kamu aku sihir menjadi Harimau, hewan buas terkuat yang menjadi piaraanku?. Kamu tidak perlu takut lagi dan pergilah sesukamu di seluruh rumah dan pekaranganku”. Maka giranglah Tikus tersebut dan berkata: “Baik, terima kasih pak Penyihir, jadikanlah aku seekor Harimau yang gagah, dan aku tidak takut lagi”. Maka Penyihirpun kembali mengayunkan tongkatnya dan seketika berubah mejadi seekor harimau yang gagah.

Diapun berlari kian-kemari di sekitar rumah Penyihir sakti itu, sesekali dia mengaum, dan berapa hewan lainn pun takut kepadanya. Sampai pada suatu kesempatan, ketika dia menghampiri makannan untuknya, datanglah seekor singa. Terlihat rambutnya dan bulunya yang panjang serta giginya yang sangat tajam. Sepertinya singa itu juga menginginkan makanan yang sama. Harimau mulai curiga ketika singa itu dengan tenangnya ikut makan bersama dia. Dengan sedikit ketakutan, dia menyantap makanan dengan lahap, begitu pula dengan singa. Dia berpikir: “apabila harus berkelahi, bisa saja aku yang kalah, singa itu terlihat lebih kekar dan dia bisa berlari jauh lebih cepat dari aku. Lebih baik aku membiarkannya makan bersamaku”. Ketika makanan sudah tinggal sedikit, mereka belum merasa kenyang, singapun mengaum kecil, karena ingin menikmati seluruh sisa makannya.

Mendengar auman singa tersebut, mulai menciutlah hatinya, sedikit demi sedikit dia memundurkan badannya. Dan ketika singa itu mengaum lagi lebih keras, dia kembali berlari terbirit2 ke persembunyiannya. Sang Penyihirpun akhirnya mengetahui hal itu, dan dengan nada tinggi bertanya kepadanya: “Hai, kenapa kamu tetap saja ketakutan. Tidakkah kamu tahu bahwa aku sudah memberikan kepadamu hal-hal terbaik. Kamu sudah kuubah menjadi harimau, seharusnya itu memuat kamu menjadi pemberani. Tetapi dasar kamu HARIMAU-TIKUS, tidak layak kau menerima semua itu dariku, maka kukembalikan semuanya seperti asalmu. Jadilah TIKUS lagi. Dan akhirnya kembali tikus kecil yang lemah dan ketakutan bersembunyi di pojok ruangan.

Dalam kaitan dengan perubahan diri, sering kali orang bertindak seperti halnya Tikus dalam cerita saya di atas. Mereka menganggap dapat mengubah karakter dengan mengubah penampilan, accessories, jabatan atau kekuasaannya. Namun ternyata kenyataannya tidaklah demikian, ketika penampilan atau jabatannya berubah, karakternya masih saja tetap seperti semula. Kunci perubahan haruslah bersumber dari dalam diri kita, walaupun kekuatan dan penampilannya sudah seperti HARIMAU, tetapi kalau mentalnya masih seperti TIKUS, akan sulit untuk bisa mencapai kesuksesan.

Dua 2 hal yang sering menghambat orang untuk berubah yaitu MALU dan TAKUT. Karena rasa malu atau takut orang mengorbankan keinginannya. Kedua perasaan ini suatu yang ukurannya relatif. Merasa KECIL ketika berada di lingkungan yang lebih besar, dan merasa BESAR ketika lingkungannya lebih kecil. Orang menjadi, BERANI ketika lawannya lebih lemah. Begitu pula sering orang harus malu apabila berada ditengah orang banyak, apalagi ada orang lain yang lebih hebat dari dia.

Baik untuk kita sadari, bahwa sebenarnya apa yang ada di dalam diri adalah SAMA, baik ketika kita berada dalam lingkungan yang lebih besar ataupun lebih kecil. Sumber daya yang ada dalam diri kita sudah sangat cukup untuk melakukan hal-hal positif yang bisa mengubah karakter negatif kita menjadi positif. Kuncinya tinggal satu, “Kapan kita BERANI dan TIDAK MALU memulainya”.

Semoga bermanfaat dan salam,

Bije Widjajanto

0 Comments:

Post a Comment

<< Home